Mengenal berbagai metode pembiayaan (costing) dalam manajemen persediaan atau inventory (bagian 1)

Persediaan barang (inventory) bisa menjadi aset terbesar Anda dalam menjalankan bisnis. Oleh karena itu diperlukan metode pengukuran yang benar dan tepat untuk menilai atau mengukur nilai buku atau nilai moneter dari persediaan/stok sehingga tersaji secara akurat di laporan keuangan Anda. Jika tidak, tentu akan mengakibatkan tidak cocoknya komposisi biaya dan penjualan yang berujung pada keputusan bisnis yang salah.

Di perusahaan-perusahaan dagang, ritel, distributor atau manufaktur, kita pasti mengenal adanya manajemen persediaan (stok atau inventory). Nah, kita mau melihat beberapa metode costing yang umumnya digunakan untuk menentukan nilai persediaan dan nilai harga pokok penjualan (COGS):

  1. Metode FIFO (First-In First-Out)
    Di metode ini diasumsikan nilai cost setiap item barang yang dipakai akan sama dengan saat barang itu dibeli. Misal barang X dibeli $20 per unit sebanyak 10 unit dan kemudian dibeli lagi 15 unit seharga $25 per unit. Maka pada saat penjualan nilai cost yang dikenakan terhadap barang X adalah $20 untuk 10 unit barang yang pertama dijual, kemudian $25 untuk penjualan 15 unit berikutnya.
  2. Weighted Moving Average Method
    Metode ini akan menilai cost persediaan barang secara rata-rata dari barang  yang pertama kali masuk hingga yang terakhir. Metode ini lebih baik dari FIFO dengan mempertimbangkan faktor perubahan atau inflasi biaya.
    Formula yang digunakan biasanya : (jumlah barang sekarang x nilai barang sekarang + jumlah barang baru x nilai barang baru) / (jumlah barang sekarang + jumlah barang baru).
    Contoh: Ada 10 unit barang X dengan nilai $10 per unit, kemudian datang barang baru 15 unit seharga $15 per unit, jadi nilai costing berdasarkan metode average menjadi : ) (10*10+15*15)/ (10+15) = $13 per unit.
  3.  Metode LIFO (Last-In First-Out)
    Metode ini mengasumsikan nilai yang dipakai saat barang tersebut dipakai/diijual adalah nilai terakhir yang diterima. Biasanya dipakai oleh perusahaan yang menjual barang-barang makanan, sayuran dan sejenisnya dimana konsumen menginginkan stok yang paling ‘fresh’ dan nilai yang paling updated.
    Contoh: Barang X dibeli $20 per unit sebanyak 10 unit dan kemudian dibeli lagi 15 unit seharga $25 per unit. Maka pada saat penjualan nilai cost yang dikenakan terhadap barang X adalah $25 untuk 15 unit barang yang pertama dijual, kemudian $20 untuk penjualan 20 unit berikutnya.
  4. Standard Costing
    Metode ini adalah metode pembiayaan yang paling sederhana dimana nilai costing ditentukan untuk masing-masing item dan nilai tersebut akan tetap (tidak berubah) sampai ada pembaharuan. Nilai persediaan akan sama dengan jumlah stok yang ada dikalikan dengan nilai standard cost, dan jika barangnya terjual nilai standard cost ini akan dipakai sebagai COGS atau harga pokok penjualan. Metode ini akan cocok jika tipe barang yang ada nilainya konstan dan tidak berubah terlalu sering. Kelemahannya nilai barang menjadi tidak aktual jika nilai standard cost tidak ter-update secara reguler, sehingga menyebabkan selisih nilai aktual dan nilai buku menjadi tinggi.

PT. BSC Indonesia adalah konsultan resmi Sage 300 ERP (Accpac) yang sudah berpengalaman dalam mengimplementasikan solusi Sage 300 ERP Accpac di berbagai perusahaan nasional dan multinasional di Indonesia. Silahkan hubungi kami untuk konsultasi solusi atas permasalahan perusahaan Anda.

Contact BSC